Aqidah dari sudut pandang sebagai ilmu -sesuai konsep Ahlus
Sunnah wal Jama’ah- meliputi topik-topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah
ghaibiyyaat (hal-hal ghaib), kenabian, takdir, berita-berita (tentang
hal-hal yang telah lalu dan yang akan datang), dasar-dasar hukum yang
qath’i (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan, termasuk pula
sanggahan terhadap ahlul ahwa’ wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli
bid’ah), semua aliran dan sekte yang menyempal lagi menyesatkan serta
sikap terhadap mereka.
Disiplin ilmu ‘aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya,
dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah
(golongan-golongan) lainnya.
PENAMAAN AQIDAH MENURUT AHLUS SUNNAH
Di antara nama-nama ‘aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:
1. Al-Iman
‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang di-sebutkan dalam
Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena
‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan
dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang
masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihis sallam. Dan para ulama
Ahlus Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam
kitab-kitab mereka. [2]
2. ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id)
Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu ‘aqidah dengan istilah
‘Aqidah Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab
mereka. [3]
3. Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar
Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan
Asma’ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling
mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini
disebut dengan ilmu Tauhid secara umum menurut ulama Salaf. [4]
4. As-Sunnah
As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para
penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para Sahabat di dalam masalah ‘aqidah. Dan
istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi
pertama. [5]
5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah
yang qath’i serta hal-hal yang telah menjadi ke-sepakatan para ulama.
[6]
6. Al-Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi. [7]
7. Asy-Syari’ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza
wa Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang
paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah). [8]
Itulah beberapa nama lain dari ilmu ‘Aqidah yang paling terkenal, dan
adakalanya kelompok selain Ahlus Sunnah menama-kan ‘aqidah mereka dengan
nama-nama yang dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran
Asyaa’irah (Asy’ariyyah), terutama para ahli hadits dari kalangan
mereka.
PENAMAAN AQIDAH MENURUT FIRQAH (SEKTE) LAIN:
Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah (sekte) selain Ahlus
Sunnah sebagai nama dari ilmu ‘aqidah, dan yang paling terkenal di
antaranya adalah:
1. Ilmu Kalam
Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin
(pengagung ilmu kalam), seperti aliran Mu’tazilah, Asyaa’irah [9] dan
kelompok yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai,
karena ilmu Kalam itu sendiri merupakan suatu hal yang baru lagi
diada-adakan dan mempunyai prinsip taqawwul (mengatakan sesuatu) atas
Nama Allah dengan tidak dilandasi ilmu.
Dan larangan tidak
bolehnya nama tersebut dipakai karena bertentangan dengan metodologi
ulama Salaf dalam menetapkan masalah-masalah ‘aqidah.
2. Filsafat
Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan
mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena
dasar filsafat itu adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan
pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal yang ghaib.
3. Tashawwuf
Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta
orang-orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak
boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena merupakan pe-namaan yang baru lagi
diada-adakan. Di dalamnya terkandung igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan
pengakuan-pengakuan khurafat mereka yang dijadikan sebagai rujukan
dalam ‘aqidah.
Penamaan Tashawwuf dan Shufi tidak
dikenal pada awal Islam. Penamaan ini terkenal (ada) setelah itu atau
masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan keyakinan selain Islam.
Dr. Shabir Tha’imah memberi komentar dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah
Mu’taqadan wa Maslakan: “Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh
kehidupan para pendeta Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu
domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam
memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan setiap negeri dengan
tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan
memperbaiki tata cara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam.”
[10]
Syaikh Dr. Ihsan
Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam bukunya
at-Tashawwuful-Mansya’ wal Mashaadir: “Apabila kita memperhatikan
dengan teliti tentang ajaran Shufi yang pertama dan terakhir
(belakangan) serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh
mereka di dalam kitab-kitab Shufi baik yang lama maupun yang baru, maka
kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Shufi dengan
ajaran Al-Qur-an dan As-Sunnah. Begitu juga kita tidak pernah melihat
adanya bibit-bibit Shufi di dalam perjalanan hidup Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau Radhiyallahu ‘anhum, yang
mereka adalah (sebaik-baik) pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari para
hamba-Nya (setelah para Nabi dan Rasul). Sebaliknya, kita bisa melihat
bahwa ajaran Tashawwuf diambil dari para pendeta Kristen, Brahmana,
Hindu, Yahudi, serta kezuhudan Budha, konsep asy-Syu’ubi di Iran yang
merupakan Majusi di periode awal kaum Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan
pemikiran Neo-Platonisme, yang dilakukan oleh orang-orang Shufi
belakangan.” [11]
Syaikh
‘Abdurrahman al-Wakil rahimahullah berkata di dalam kitab-nya,
Mashra’ut Tashawwuf: “Sesungguhnya Tashawwuf itu adalah tipuan (makar)
paling hina dan tercela. Syaithan telah membuat hamba Allah tertipu
dengannya dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu
‘alaihi wa sallam Sesungguhnya Tashawwuf adalah (sebagai) kedok Majusi
agar ia terlihat sebagai seorang yang ahli ibadah, bahkan juga kedok
semua musuh agama Islam ini. Bila diteliti lebih mendalam, akan ditemui
bahwa di dalam ajaran Shufi terdapat ajaran Brahmanisme, Budhisme,
Zoroasterisme, Platoisme, Yahudi, Nasrani dan Paganisme.” [12]
4. Ilaahiyyat (Teologi)
Illahiyat adalah kajian ‘aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah
nama yang dipakai oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan
para pengikutnya. Ini juga merupakan pena-maan yang salah sehingga nama
ini tidak boleh dipakai, karena yang mereka maksud adalah filsafatnya
kaum filosof dan penjelasan-penjelasan kaum mutakallimin tentang Allah
Subhanahu wa Ta’ala menurut persepsi mereka.
5. Kekuatan di Balik Alam Metafisik
Sebutan ini dipakai oleh para filosof dan para penulis Barat serta
orang-orang yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai,
karena hanya berdasar pada pemikiran manusia semata dan bertentangan
dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
Banyak orang yang menamakan apa
yang mereka yakini dan prinsip-prinsip atau pemikiran yang mereka anut
sebagai keyakinan sekalipun hal itu palsu (bathil) atau tidak mempunyai
dasar (dalil) ‘aqli maupun naqli. Sesungguhnya ‘aqidah yang mempunyai
pengertian yang benar yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang
bersumber dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang shahih serta Ijma’ Salafush Shalih.
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor
16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
__________
Foote Note
[1]. Lihat Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 12-14).
[2]. Seperti Kitaabul Iimaan karya Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam
(wafat th. 224 H), Kitaabul Iimaan karya al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah
bin Muhammad bin Abi Syaibah (wafat th. 235 H), al-Imaan karya Ibnu
Mandah (wafat th. 359 H) dan Kitabul Iman karya Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah (wafat th. 728 H), ÑÍãåã Çááå .
[3]. Seperti ‘Aqiidatus
Salaf Ash-haabil Hadiits karya ash-Shabuni (wafat th. 449 H), Syarah
Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 5-6) oleh Imam
al-Lalika-i (wafat th. 418 H) dan al-I’tiqaad oleh Imam al-Baihaqi
(wafat th. 458 H), ÑÍãåã Çááå.
[4]. Seperti Kitaabut Tauhiid dalam
Shahiihul Bukhari karya Imam al-Bukhari (wafat th. 256 H), Kitaabut
Tauhiid wa Itsbaat Shifaatir Rabb karya Ibnu Khuzaimah (wafat th. 311
H), Kitaab I’tiqaadit Tauhiid oleh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif
(wafat th. 371 H), Kitaabut Tauhiid oleh Ibnu Mandah (wafat th. 359 H)
dan Kitaabut Tauhiid oleh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab (wafat th. 1206
H), ÑÍãåã Çááå.
[5]. Seperti kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin
Hanbal (wafat th. 241 H), as-Sunnah karya ‘Abdullah bin Ahmad bin
Hanbal (wafat th. 290 H), as-Sunnah karya al-Khallal (wafat th. 311 H)
dan Syarhus Sunnah karya Imam al-Barba-hari (wafat th. 329 H), ÑÍãåã
Çááå.
[6]. Seperti kitab Ushuuluddin karya al-Baghdadi (wafat th.
429 H), asy-Syarh wal Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya Ibnu Baththah
al-Ukbari (wafat th. 387 H) dan al-Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah karya
Imam Abul Hasan al-Asy’ari (wafat th. 324 H), ÑÍãåã Çááå.
[7]. Seperti kitab al-Fiqhul Akbar karya Imam Abu Hanifah t (wafat th. 150).
[8]. Seperti kitab asy-Syarii’ah oleh al-Ajurri (wafat th. 360 H) dan
al-Ibaanah ‘an Syarii’atil Firqah an-Naajiyah karya Ibnu Baththah.
[9]. Seperti Syarhul Maqaashid fii ‘Ilmil Kalaam karya at-Taftazani (wafat th. 791 H).
[10]. Ash-Shuufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan (hal. 17), dikutip dari
Haqiiqatuth Tashawwuf karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah
al-Fauzan (hal. 18-19).
[11]. At-Tashawwuf al-Mansya’ wal Mashaadir (hal. 50), cet. I/ Idaarah Turjumanis Sunnah, Lahore-Pakistan, th. 1406 H.
[12]. Mashra’ut Tashawwuf (hal. 10), cet. I/ Riyaasah Idaaratil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’, th. 1414 H.
Posting Komentar